Minggu, 10 Mei 2009

lantak

Ada banyak malam saat aku menangisimu
Menangisi ketiadaanmu dan meneriaki gelap yang tak turut menghisapku
Tumpah bukan kata terbaik untuk menggambaran derai air mataku
Jiwaku hancur, lantak dalam liatan gelombang tertinggi
Ada banyak sesal yang ingin kukatakan padamu
Dan banyak maaf yang tidak akan lagi terdengar olehmu
Tapi di atas tumpukan rasa yang semakin membuatku gila

Aku sangat merindukanmu…

there's a love for you

Masih ada rasa dihatiku
bila ingat cahya di matamu
Saat kau putuskan meninggalkanku
saat ini aku masih memikirkanmu

Di tempat ini malam semakin dingin
kita lepaskan tangan dan terus menangis
kita langkahkan kaki menuju jalan yang beda
masuki masa yang tak akan pernah sama

Dua waktu kini memisahkan kita
saat aku putuskan mengubur khayalan
Disini aku masih mengenangmu
merasakan keberadaanmu yang telah jauh

Aku disini dan Engkau ada disana
dua dunia yang tak akan pernah menyatu
Kau kini hadir menggali kenangan
menghidupkan rasa yang pernah ada

Karena aku masih mengingatmu
aku masih terus menunggumu
aku sadari masih terus mengharap
walau tak pernah kau ada disini

Karena kita masih terus bersama
walau tak akan mudah bersama
Sinar mata mu masih seperti dulu
masih ada cinta untukmu.

rindu

Suatu Saat….
Jika kau telah letih bermain
Telah lelah mencoba
Saat segalanya tentangmu sia-sia
Dan tak seorang pun menganggapmu ada

Kembalilah….
Seperti apapun adanya dirimu
Aku akan tetap memelukmu dengan sejuta hangatku
Karena aku sangat mengasihimu

jangan tentangmu

Ini kepalaku...
Pukul saja hingga hancur bila kau tak suka
Ini mataku...
Tusuk saja dengan pisau bila kau tak suka
Ini telingaku...
Iris saja bila memang kau tak suka
Ini dua tanganku...
Potong saja keduanya kalau benar-benar kau tak suka
Ini kaki-kakiku...
Patahkan saja bila itu juga tak kau suka
Ini tubuhku...
Sayat saja bila kau tak suka juga

Tapi,
Aku mohon, cuma satu permintaanku
Setelah puas kau remukkan kepalaku
Kau cocok dua mataku hingga tak terlihat lagi kamu
Dan telingaku tak bisa lagi mendengar tawamu
Tanganku tak bisa lagi menyentuhmu
Kakiku yang tak bisa pula ikuti langkahmu
Serta tubuhku yang tak bisa kau peluk lagi

Tolong!
Jangan sampai engkau hancurkan otakku juga
Karena di dalamnya semua ingatanku, ya... kamu

Tolong!
Jangan kau injak juga hatiku
Karena di hatiku telah terasuk semua tentangmu
Cuma itu..
Walau semua yang ada di tubuhku rusak
Tapi tentangmu tak akan pernah hilang...

Aku mohon..
Cuma itu..
Itu saja..

jangan tentangmu

Ini kepalaku...
Pukul saja hingga hancur bila kau tak suka
Ini mataku...
Tusuk saja dengan pisau bila kau tak suka
Ini telingaku...
Iris saja bila memang kau tak suka
Ini dua tanganku...
Potong saja keduanya kalau benar-benar kau tak suka
Ini kaki-kakiku...
Patahkan saja bila itu juga tak kau suka
Ini tubuhku...
Sayat saja bila kau tak suka juga

Tapi,
Aku mohon, cuma satu permintaanku
Setelah puas kau remukkan kepalaku
Kau cocok dua mataku hingga tak terlihat lagi kamu
Dan telingaku tak bisa lagi mendengar tawamu
Tanganku tak bisa lagi menyentuhmu
Kakiku yang tak bisa pula ikuti langkahmu
Serta tubuhku yang tak bisa kau peluk lagi

Tolong!
Jangan sampai engkau hancurkan otakku juga
Karena di dalamnya semua ingatanku, ya... kamu

Tolong!
Jangan kau injak juga hatiku
Karena di hatiku telah terasuk semua tentangmu
Cuma itu..
Walau semua yang ada di tubuhku rusak
Tapi tentangmu tak akan pernah hilang...

Aku mohon..
Cuma itu..
Itu saja..

suatu saat

Suatu saat,
Kucoba memilih amarah menjadi tuanku
Tunduk patuh pada hujatan dan makian
Menyerah kalah pada luapan emosi
Dan tenggelam pada kedalaman sakit hati
Tapi apa yang aku dapat???

Suatu saat
Kucoba memilih dendam menjadi sahabatku
Selalu menengok buramnya masa lalu
Berjabat erat dengan tangan-tangan dengki
Berpelukan rapat dengan bayangan busuk yang menguasai hati
Tapi apa yang aku dapat???

Suatu saat
Kucoba memilih cinta menjadi kekasihku
Memujanya dengan segudang khayalan
Menyanjungnya dengan sejuta kepalsuan
Dan memimpikannya dengan bermilyar bualan keindahan
Tapi apa yang aku dapat???

Saat ini
Kucoba memilih ikhlas menjadi diriku sendiri
Menutup rapat lembaran-lembaran kesedihan
Menghanyutkan hati pada samudra kesabaran
Memasrahkan diri dalam rangkulan kehidupan
Dan ternyata,
Aku dapat melangkah ke depan dengan ringan!

Jumat, 08 Mei 2009

prologue

Ingatan bintang

Angin malam yang dingin bertiup diantara bangunan yang berdiri dalam diam. Jalanan kosong, hanya menyisakan aspal hitam yang lelah dilewati kendaraan seharian penuh. Langit dengan bulan tersenyum manis penuh rindu, bersama bintang yang berkelip tertawa.
Inilah dunia
Saat kehampaan tak hanya mengisi hati yang kosong, tetapi juga pada malam yang selalu menemani. Kesunyian mutlak menyelimuti tubuh bersama selubung ketenangan. Membuat hati siapapun menjadi tenang, damai, dan tentu saja
Hidup.
Galang menatap jalanan didepannya dan tersenyum. Begitu sempurna dunia mempermainkannya. Mengambil apa yang paling berharga untuk hidupnya. Dan dia, dengan tak berdaya hanya bisa melihat kehancuran hatinya
Dia menatap sekeliling tempat dia sekarang duduk . Dia sedang berada di luar McD 24 jam, menatap kosong jalanan yang sepi dengan cheese burger hangat di tangan kanan, dan hape di tangan yang lain
Beribu kenangan berkelebat dalam kepalanya. tangis mama papanya di rumah sakit, wajah Aldi yang menatapnya datar, road event, dan wajah tak berdosa malaikat kecilnya. Angel
Galang kembali tersenyum, tak ada gunanya dia menyesali semuanya. Karna memang dia tak menyesal sama sekali.
Sekali lagi dia menatap jalanan yang kosong sembari melahap burger pesanannya dengan lahap. Dan setelah burger itu habis dan hanya menyisakan sepotong selada , galang bangkit berdiri. Menyingkap kruk di ketiaknya, dan mulai berjalan dengan sebelah kaki pincang dibalut gips, dan dia kembali menuju kegelapan malam

untitle

langit mendung kelabu, tertawa pelan menangis sedu
menjaga dirimu agar tak hilang
ditelan malam, bersama bintang
tak mau kau pergi, tinggalkan dunia ini
adakah dia memilikimu
yang jauh mengerti apa yang kau mau
...
rintik hujan turun perlahan
membasahi bumi dengan sejuta keputasaan
sama seperti diriku, seperti perasaanku
yang selalu terbasahi oleh setiap tetes airmataku